Candi Jago Malang Jawa Timur. Berikut ini gosip lengkap mengenai sejarah Candi Jago, relief Candi Jago, dan arsitektur Candi Jago malang.
Malang yakni sebuah kota yang sangat terkenal di kalangan para wisatawan karenan mempunyai banyak sekali objek wisata menarik. Didukung dengan alam Kota Malang yang mempunyai udara yang cukup sejuk dan segar menciptakan kota ini menjadi salah satu daya tarik wisata yang cukup populer. Selain banyak objek sekali wisata alam dan juga wisata keluarga, ada juga wisata sejarah dan budaya khususnya wisata candi. Dan selain Candi Tikus atau Candi Penataran, ada salah satu candi kecil yang sanggup dijadikan alternatif tempat wisata di Malang yang sanggup dikunjungi dikala liburan yakni Candi Jago.
Candi Jago menyerupai yang kita ketahui berada di daerah kota wisata Malang yang ada di Propinsi Jawa Timur. Persisnya letak Candi Jago berada di Dusun Jago, Desa Tumpang, Kabupaten Malang. Bagi anda yang ingin berkunjung ke salah satu tempat wisata di Malang ini anda harus menempuh jarak kurang lebih 22 kilometer dari sentra Kota Malang menuju ke arah timur. Lokasi Candi Jago tepatnya berada di koordinat 8°0′20,81″LU 112°45′50,82″BT.
Sejarah Candi Jago bermula dari awal pembangunannya yang diperkirakan terjadi pada sekitar periode ketiga tepatnya daru mulai tahun 1268 Masehi, sampai selesainya di tahun 1280 Masehi. Nama “Jago” sendiri sebetulnya juga bukan merupakan nama orisinil dari candi ini. Karena menurut bukti sejarah yaitu menyerupai yang tertera dalam Kitab Pararaton, nama orisinil dari Candi Jago ini yakni “Jajaghu”. Hal ini juga tertulis dalam bukti sejarah lainnya yaitu tertera dalam Kitab Negarakertagama. Nama “jajaghu” sendiri mempunyai makna “keagungan”, dan kata ini sering kali dipakai untuk menyebutkan tempat yang oleh masyarakat pada masa itu dianggap agung.
Dalam sejarah Candi Jago tercatat pertama kali didirikan atas perintah raja Kerajaan Singasari yang berkuasa pada dikala itu yaitu Kertanagara. Ia yakni anak dari Raja Sri Jaya Wisnuwardhana yang merupakan raja keempat yang berkuasa di Kerajaan Singasari. Raja Wisnuwardhana sendiri merupakan seorang raja yang cukup mempunyai peranan yang penting pada masa itu. Dimana pada masa pemerintahannya ada sebuah anutan agama gres yang berkembang cukup pesat di masa itu, yaitu aliran agama Syiwa Buddha. Agama Syiwa Buddha ini yakni aliran agama yang merupakan percampuran antara anutan Hindhu dan juga anutan Buddha. Dan di dalam Kitab Negarakertagama tercatat bahwa Raja Sri Jaya Wisnuwardhana menganut aliran agama ini.
Dan untuk menghormati wafatnya sang Raja Wisnuwardhana, maka anaknya yaitu Kertanagara memerintahkan dibangunnya sebuah candi yang kemudian dikenal dengan nama Candi Jago. Dan beberapa waktu kemudian tepatnya pada tahun 1343 Masehi, dilakukan pemugaran pembuatan bangunan candi pelengkap oleh Raja Adityawarman dari Kerajaan Melayu, sebagai tempat untuk menyimpan arca Manjusri.
Tidak menyerupai candi-candi lain peninggalan nenek moyang di Indonesia yang terang mempunyai ciri khas candi Hindhu atau candi Buddha, Candi Jago mempunyai keunikan tersendiri alasannya merupakan candi perpaduan Hindhu dan Buddha. Hal ini sebetulnya tidaklah abnormal mengingat sejarah Candi Jago ini yang dibangun untuk menghormati sang Raja Wisnuwardhana, yang menganut agama Syiwa Buddha yang merupakan adonan dari anutan Hindhu dan Buddha. Maka tidaklah mengherankan bila pada Candi Jago ini akan ditemukan banyak sekali ornamen, arca, maupun relief yang menggambarkan kedua anutan agama tersebut.
Karena merupakan kombinasi dari dua kebudayaan maka tentu ini sangat menciptakan Candi Jago cukup menarik dan unik khususnya dalam hal arsitektur bangunan candinya. Candi Jago tidak terlalu besar, ukuran luasnya kurang lebih 23 meter x 14 meter. Sedangkan tinggi dari bangunan candi ini kemungkinan besar kurang lebih 15 meter dan menghadap ke arah barat.
Relief-relief yang menghiasi dinding candi sangatlah unik alasannya selain terdapat aneka relief wacana anutan Hindhu, terdapat juga bermacam-macam relief yang menceritakan wacana anutan agama Buddha.
Candi Jago yang kemungkinan besar juga dipakai sebagai tempat pemujaan arwah para leluhur ini keadaannya masih belum sepenuhnya sempurna. Sampai dengan dikala ini candi ini masih belum sepenuhnya direnovasi. Masih banyak bab bangunan candi yang hilang dan tidak utuh lagi. Bahkan atapnya yang diperkirakan terbuat dari materi kayu sudah tidak sanggup kita lihat lagi alasannya sudah. Kemungkinan para hebat juga masih menemui kesulitan untuk memperkirakan bentuk aslinya, dikarenakan minimnya sumber data yang ada.
Itulah sedikit mengenai sejarah Candi Jago. Semoga gosip wacana Candi Jago di atas bermanfaat bagi anda.
Candi Jago Malang Jawa Timur
Malang yakni sebuah kota yang sangat terkenal di kalangan para wisatawan karenan mempunyai banyak sekali objek wisata menarik. Didukung dengan alam Kota Malang yang mempunyai udara yang cukup sejuk dan segar menciptakan kota ini menjadi salah satu daya tarik wisata yang cukup populer. Selain banyak objek sekali wisata alam dan juga wisata keluarga, ada juga wisata sejarah dan budaya khususnya wisata candi. Dan selain Candi Tikus atau Candi Penataran, ada salah satu candi kecil yang sanggup dijadikan alternatif tempat wisata di Malang yang sanggup dikunjungi dikala liburan yakni Candi Jago.
Letak Candi Jago
Candi Jago menyerupai yang kita ketahui berada di daerah kota wisata Malang yang ada di Propinsi Jawa Timur. Persisnya letak Candi Jago berada di Dusun Jago, Desa Tumpang, Kabupaten Malang. Bagi anda yang ingin berkunjung ke salah satu tempat wisata di Malang ini anda harus menempuh jarak kurang lebih 22 kilometer dari sentra Kota Malang menuju ke arah timur. Lokasi Candi Jago tepatnya berada di koordinat 8°0′20,81″LU 112°45′50,82″BT.
Sejarah Candi Jago
- Nama Candi Jago
Sejarah Candi Jago bermula dari awal pembangunannya yang diperkirakan terjadi pada sekitar periode ketiga tepatnya daru mulai tahun 1268 Masehi, sampai selesainya di tahun 1280 Masehi. Nama “Jago” sendiri sebetulnya juga bukan merupakan nama orisinil dari candi ini. Karena menurut bukti sejarah yaitu menyerupai yang tertera dalam Kitab Pararaton, nama orisinil dari Candi Jago ini yakni “Jajaghu”. Hal ini juga tertulis dalam bukti sejarah lainnya yaitu tertera dalam Kitab Negarakertagama. Nama “jajaghu” sendiri mempunyai makna “keagungan”, dan kata ini sering kali dipakai untuk menyebutkan tempat yang oleh masyarakat pada masa itu dianggap agung.
- Pembangunan Candi Jago
Dalam sejarah Candi Jago tercatat pertama kali didirikan atas perintah raja Kerajaan Singasari yang berkuasa pada dikala itu yaitu Kertanagara. Ia yakni anak dari Raja Sri Jaya Wisnuwardhana yang merupakan raja keempat yang berkuasa di Kerajaan Singasari. Raja Wisnuwardhana sendiri merupakan seorang raja yang cukup mempunyai peranan yang penting pada masa itu. Dimana pada masa pemerintahannya ada sebuah anutan agama gres yang berkembang cukup pesat di masa itu, yaitu aliran agama Syiwa Buddha. Agama Syiwa Buddha ini yakni aliran agama yang merupakan percampuran antara anutan Hindhu dan juga anutan Buddha. Dan di dalam Kitab Negarakertagama tercatat bahwa Raja Sri Jaya Wisnuwardhana menganut aliran agama ini.
Dan untuk menghormati wafatnya sang Raja Wisnuwardhana, maka anaknya yaitu Kertanagara memerintahkan dibangunnya sebuah candi yang kemudian dikenal dengan nama Candi Jago. Dan beberapa waktu kemudian tepatnya pada tahun 1343 Masehi, dilakukan pemugaran pembuatan bangunan candi pelengkap oleh Raja Adityawarman dari Kerajaan Melayu, sebagai tempat untuk menyimpan arca Manjusri.
Uniknya Candi Jago
Tidak menyerupai candi-candi lain peninggalan nenek moyang di Indonesia yang terang mempunyai ciri khas candi Hindhu atau candi Buddha, Candi Jago mempunyai keunikan tersendiri alasannya merupakan candi perpaduan Hindhu dan Buddha. Hal ini sebetulnya tidaklah abnormal mengingat sejarah Candi Jago ini yang dibangun untuk menghormati sang Raja Wisnuwardhana, yang menganut agama Syiwa Buddha yang merupakan adonan dari anutan Hindhu dan Buddha. Maka tidaklah mengherankan bila pada Candi Jago ini akan ditemukan banyak sekali ornamen, arca, maupun relief yang menggambarkan kedua anutan agama tersebut.
Candi Jago Malang Jawa Timur - image: geolocation(dot)ws |
Arsitektur Unik Candi Jago
Karena merupakan kombinasi dari dua kebudayaan maka tentu ini sangat menciptakan Candi Jago cukup menarik dan unik khususnya dalam hal arsitektur bangunan candinya. Candi Jago tidak terlalu besar, ukuran luasnya kurang lebih 23 meter x 14 meter. Sedangkan tinggi dari bangunan candi ini kemungkinan besar kurang lebih 15 meter dan menghadap ke arah barat.
Badan Candi Jago
Relief-relief yang menghiasi dinding candi sangatlah unik alasannya selain terdapat aneka relief wacana anutan Hindhu, terdapat juga bermacam-macam relief yang menceritakan wacana anutan agama Buddha.
- Relief Ajaran Buddha. Di bab dinding candi banyak terdapat relief wacana anutan Buddha menyerupai contohnya relief yang menceritakan wacana Tantri Kamandaka, dongeng Yaksa Kunjarakarna, dan lain-lain.
- Relief Ajaran Hindhu. Tak kalah banyaknya juga yakni relief yang bercerita wacana anutan agama Hindhu contohnya relief wacana kisah Arjunawiwaha, Parthayajna dari kisah Mahabharata, dan masih banyak lagi kisah lainnya menyerupai Kresnayana, Anglingdharma, dan lain sebagainya.
Candi Jago Sekarang
Candi Jago yang kemungkinan besar juga dipakai sebagai tempat pemujaan arwah para leluhur ini keadaannya masih belum sepenuhnya sempurna. Sampai dengan dikala ini candi ini masih belum sepenuhnya direnovasi. Masih banyak bab bangunan candi yang hilang dan tidak utuh lagi. Bahkan atapnya yang diperkirakan terbuat dari materi kayu sudah tidak sanggup kita lihat lagi alasannya sudah. Kemungkinan para hebat juga masih menemui kesulitan untuk memperkirakan bentuk aslinya, dikarenakan minimnya sumber data yang ada.
Itulah sedikit mengenai sejarah Candi Jago. Semoga gosip wacana Candi Jago di atas bermanfaat bagi anda.