Peninggalan Kerajaan Majapahit, Candi Surawana - Ada banyak peninggalan Kerajaan Majapahit yang masih tersisa hingga ketika ini. Peninggalan Kerajaan Majapahit tersebut majemuk jenis dan bentuknya. Namun yang masih ada hingga ketika ini dan sanggup dijadikan sebagai sumber informasi sejarah Kerajaan Majapahit ialah berbentuk candi. Candi peninggalan Kerajaan Majapahit ini ditemukan di beberapa tempat yang berbeda. Ada yang ditemukan di tempat Jawa Timur, ada juga yang ditemukan di tempat Jawa Tengah.
Peninggalan Kerajaan Majapahit |
Nah, untuk kesempatan kali ini yang akan kita ulas ialah Candi Surawana. Candi Surawana termasuk candi peninggalan Kerajaan Majapahit yang masih tersisa. Candi Surawana ini letaknya sedikit terpencar dari sentra kota Majapahit yang ada di Trowulan Mojokerto. Bagaimana sejarah Candi Surawana, dan bagaimana juga kontruksi bangunannya, simak klarifikasi di bawah ini.
Lokasi dan Sejarah Candi Surawana
Candi Surawana atau dalam bahasa Jawa sering disebut dengan Surowono, ialah candi peninggalan Kerajaan Majapahit yang terletak di Desa Canggu, Kecamatan Pare, Kabupaten Kediri. Tepatnya sekitar 25 km dari sentra Kota Kediri. Meski sering disebut dengan Candi Surawana, namun nama orisinil dari Candi ini ialah Candi Wishnubhawanapura. Candi Surawana ini diperkirakan dibangun pada masa ke 14 sekitar tahun 1390 dan final pada tahun 1400. Candi Surawana dibangun bertujuan untuk memuliakan Bhre Wengker. Bhre Wengker ialah seorang raja di Kerajaan Wengker yang berada di bawah kekuasaan Kerajaan Majapahit.
Dikisahkan Bhre Wngker mangkat pada tahun 1388 M, di dalam Negarakertagama diceritakan bahwa Raja Hayam Wuruk pernah berkunjung ke Wengker. Kunjungan Raja Hayam Wuruk (baca : Silsilah dan Biografi Hayam Wuruk) ini dicatatkan pada tahun 1361 dan bukan saja berkunjung, bahkan juga menginap di Candi Surawana. Upacara Sraddha dilakukan bagi Bhre Wngker, upacara ini merupakan sebuah ritual yang dilakukan 12 tahun sehabis kematiannya yang diselenggarakan pada tahun 1400.
Konstruksi Bangunan Candi Surawana
Tidak menyerupai candi peninggalan Kerajaan Majapahit yang lainnya, Candi Surawana ini tidak begitu besar. Candi Surawana hanya mempunyai ukuran 8 x 8 m2. Bangunan Candi Surawana ini keseluruhan bangunannya tersusun atas batuan andesit. Candi Surawana merupakan Candi Siwa. Kondisi bangunan Candi Surawana ketika ini hampir hancur semua. Seluruh tubuh dan atap candi Surawana telah hancur tak bersisia. Yang masih ada hanyalah kaki candi yang kira-kira mempunyai tinggi sekitar 3m.
Di sekitar Candi Surawana juga terdapat beberapa patung atau arca. Salah satunya ialah arca Resi Agastya tanpa ada bab bawah dan bab atasnya alasannya sudah rusak. Arca ini nampak menyerupai seorang pendeta yang berjenggot dan mempunyai tubuh yang bungkuk dengan berhias sesuatu ornamen di bab pendengaran dan lehernya. Tangan dari arca ini menyerupai menyangga ke atas. Arca Resi Agastya ini juga ditemukan di tempat lain dengan bentuk sedikit lebih tegak dengan hiasan pendengaran yeng sedikit lebh pendek.
Pada Candi Surawana terdapat beberapa relief yang dikerjakan sudah tergolong halus. Beberapa relif pada Candi Surawana terdiri dari fabel dan juga tantri yang berada pada kaki candi. Sedangkan pada tubuh Candi Surowono terdapat Relief Arjuna WIwaha yang merupakan karya dari Mpu Kanwa yang digubahnya pada 1035. Selain itu juga ada relief Bubuksah dan juga relief Sri Tanjung.
Mengenai relief Sri Tanjung, Sri Tanjung ialah kekasih Sidopekso. Sidapakso suatu ketika Sidapaksa meninggalkan Sri Tanjung alasannya mendapat kiprah ke luar daerah. Ketika pulang, Sidapaksa menuduh Sri Tanjung tidak setia kepadanya dan lalu membunuhnya. Namun lalu Sidapaksa menyadari kesalahan yang ia perbuat kepada Sri Tanjung dan ia pun merasa sangat putus asa. Dan kegelisahan Sidapaksa ini digambarkan pada relief sebelah paling kiri.