Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Saudara-saudara sekalian sebangsa dan setanah air yang berbahagia. Pada kesempatan yang berbahagia ini, marilah kita panjatkan puji syukur yang sedalam-dalamnya kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkat rahmat dan anugerah-Nya negara kita Indonesia tetap eksis sebagai negara merdeka dan berdaulat yang menurut Pancasila dan Undang-Undang Dasar '45.
Sebagai sebuah negara merdeka yang berdaulat dan menurut Pancasila dan Undang-Undang Dasar '45, maka mempertahankannya menjadi sebuah keharusan bagi kita semua dari setiap gangguan yang akan mengancam eksistensinya, baik yang tiba dari luar maupun dari dalam.
Kiranya kita tidak akan pemah melupakan, bahwa pada tanggal 30 september 1965 yang kemudian telah terjadi peristiwa nasional yang mengecam kedaulatan negara kita. Sebuah peristiwa memilukan yang dilakukan oleh sebuah gerakan yang menamakan diri Gerakan 30 September (G30S) yang dipimpin oleh Letkol Untung. Banyak jendral yang dibunuh secara kejam dan sadisdi luar batas-batas prikemanusiaan kemudian dimasukkan dalam sumur lubang buaya.
Saudara-saudara sekalian sebangsa dan setanah air yang berbahagia. Peristiwa G30S, secara khusus menunjuk pada gerakan sekelompok militer yang menculik dan membunuh sejumlah perwira tinggi angkatan darat. Sedangkan secara umum, insiden itu merupakan suatu upaya untuk méngganti idiologo Pancasila dan menggulingkan pemerintahan yang sah. Peristiwa itu erat kaitannya dengan persaingan politik yang muncul pada masa demokrasi terpimpin.
Di tengah persaingan antara PKI dan angkatan darat, wacana semakin memburuknya kesehatan presiden. Berita pada bulan Ju1i 1965 itu, memicu terjadinya ketegangan politik yang mencapai puncaknya pada tanggal 30 September 1965.
Pada malam hari tanggal 30 September 1965, sekelompok militer melaksanakan penculikan dan pembunuhan terhadap sejumlah perwira tinggi angkatan darat. Kelompok itu menamakan diri sebagai Gerakan 30 September (G30S) di bawah pimpinan Letkol Untung, komandan Batalion I Cakrabirawa (pasukan khusus pengawal presiden). Ketika itugerakan penculikan, G30S menguasai dua sarana vital komunikasi, yaitu RRI sentra dan gedung PN Telekomunikasi. Mélalui siaran radio, pelaku G30S menekankan bahwa G30S merupakan gerakan intern angkatan darat untuk menertibkan para anggota Dewan Jendral yang bermaksud melaksanakan kudeta. Kemudian diumumkan juga wacana pembentukan Dewan Revolusi dan pendemisioneran Kabinet Dwikora, sehingga pengumuman itu membingungkan masyarakat.
Adapun sejumlah perwira tinggi yang menjadi kurban penculikan dan keganasan G30S itu ialah Letnan Jendral Ahmad Yani, Men/Pangad; Mayor Jendral S. Parman, Asisten I Men/Pangad; Mayor Jendral R. Suprapto, Deputy II Men/Pangad; Mayor JendralMT. Haryono; BrigadirJendral D.I. Panjaitan; dan BrigadirJendral Sutoyo Siswomiharjo.
Saudara-saudara sekalian sebangsa dan setanah air yang berbahagia.
Akhirnya, pimpinan angkatan darat diambil alih oleh Panglima Kostrad Mayjen Soeharto, alasannya yakni Men/Pangad Jendral Ahmad Yani belum diketahui nasibnya, sementara negara dalam keadaan gawat. Setelah berhasil menghimpun pasukan yang setia kepada pemerintah operasi penumpasan G30S segera dilakukan. Dalam waktu yang relatif singkat G30S sanggup segera ditumpas. Sejumlah daerah penting yang dikuasai pasukan pendukungG30S sanggup diambil alih dan sentra acara G30S di dekat Halim Perdanakusuma juga sanggup dikuasai.
Dalam perkembangan berikutnya sanggup disimpulkan bahwa G30S itu didalangi oleh PKI. Maka semenjak ketika itu, operasi pengejaran terhadap pimpinan dan para pendukung PKI segera dilakukan. Masyarakatpun bereaksi menuntut pcmbubaran PKI. Sejak selesai Oktober 1965, kesatuan agresi dibuat oleh mahasiswa, pelajar dan aneka macam kelompok masyarakat lainnya, yang kesemuanya menyerukan pembubaran PKI.
Saudara-saudara sekalian yang saya hormati. Demikianlah, yang saya sampaikan dalam kesempatan ini, terimah kasih atas perhatiannya dan mohon maaf atas segalakesalahan dan kekhilafannya. Akhirnya,
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh