Assalamu'alaikum Warohmatullaahi Wabarokaatuh..
Para Hadirin yang saya Hormati.
Betapa sebuah hari yang sangat instimewa ini, yaitu hari dimana lahirnya hari tani di Indonesia, hari yang penuh dengan cita-cita khususnya bagi para petani kita, hari yang penuh dengan sebuah makna kongkrit dari program seremonial ini, telah kita ketahui bersama betapa mulya mereka para petani kita dengan suka sedih bahagia dan girang berada ditengah ladang kebun, berada ditengah sawah danlain sebagainya yang disengat sinar matahari, meraka tidak mengenal kemewahan, mereka yaitu simbol kesederhaan, akan tetapi merekalah jagoan pangan bagi kita sekalian.
Mengingat akan pentingnya hari tani ini, marilah kita wujudkan kesejahteraan pangan di Negeri ini dengan membantu segenap anutan dan lain sebagainya semoga para tani dapat nyaman dalam mengelolah segala urusannya dan kegiatannya sebagai petani, makna dari sebuah hari ini merupakan makna etika bagi kita seluruh rakyak Indonesia dari aneka macam lapisan, dari mulai pelajar hingga unsur pemerintahan, khususnya mereka yang mempunyai kewengan dalam hal ini. Belakangan ini terjadi ketimpangan pangan yang memalukan wajah bangsa ini, dimana kita mempunyai lahan luas, jutaan hektar, tapi kita masih mengimpor materi pangan, ibarat padi, garam, dan tanaman rempah-rempah lainnya dari luar negeri. ini merupakan pekerjaan serius bagi kita untuk mencari solusi serta segera menjalankan fungsi semaksimal mungkin.
Para hadirin yang saya hormati.
Hidup merupakan sebuah perjuangan, dan usaha merupakan kunci kesuksesan, dalam hal ini, dalam rangka mengimplementasikan karya nyata, praktek yang bermanfaat serta kebijakan yang total bagi para petani kita semoga mereka tidak lagi resah, alasannya yaitu cita-cita mereka yaitu kehidupan kita bersama, tanggung jawab etika kita harus kita jadikan modal dasar sebagai wujud peduli kita untuk para tani di negeri ini.
Para hadirin yang saya hormati,
Berbicara mengenai hari tani ini tidak lepas dari sebuah nilai sejarah hari tani itu sendiri saya mengutip dari aneka macam sumber yakni sejarah singkat lahirnya hari tani di indonesia. Kelahiran UUPA melalui proses panjang, memakan waktu 12 tahun. Dimulai dari pembentukan "Panitia Agraria Yogya" (1948), "Panitia Agraria Jakarta" (1951), "Panitia Soewahjo" (1955), "Panitia Negara Urusan Agraria" (1956), "Rancangan Soenarjo" (1958), "Rancangan Sadjarwo" (1960), hasilnya digodok dan diterima lingkaran Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong (DPR-GR), yang kala itu dipimpin Haji Zainul Arifin. Kelahiran UUPA mengandung dua makna besar bagi kehidupan bangsa dan negara Indonesia. Pertama, UUPA bermakna sebagai upaya mewujudkan amanat Pasal 33 Ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 (Naskah Asli), yang menyatakan, "Bumi dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai negara dan dipakai untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat". Kedua, UUPA bermakna sebagai penjungkirbalikan aturan agraria kolonial dan inovasi aturan agraria nasional yang bersendikan realitas susunan kehidupan rakyatnya. (Bey, 2003).
Penetapan hari tani didasarkan pada hari kelahiran Undang-Undang No 5 Tahun 1960 ihwal Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria, lebih dikenal dengan UUPA. Alasannya UUPA menjadi hari pertanian yaitu alasannya yaitu salah satu isi UUPA mengatur ihwal ketetapan aturan bagi pelaksanaan redistribusi tanah pertanian (reforma agraria). Ditetapkan kelahiran UUPA sebagai hari tani dengan anutan bahwa tanpa peletakan dasar keadilan bagi petani untuk menguasai sumber agraria, ibarat tanah, air, dan kekayaan alam, tidak mungkin ada kedaulatan petani. (Pramono, 2010).
Para hadirin yang saya mulyakan.
Segala usaha kita lakukan, semua itu akan merasa sia-sia kalau tanpa melaksanakan sebuah doa, alasannya yaitu kita semua sebagai umat beragama, untuk itu bagaimanapun kita mesti melaksanakan sebuah ritual do'a kepada Tuhan Yang Maha Esa, semoga segala rencana, tindakan dan cita-cita kita sekalian khususnya bagi para tani dilancarkan perjuangannya, diridhoi segala sesuatunya, banyak hal yang kerap kita lupakan dalam hal ini, dimana kita senantiasa mendahulukan logika kita dan kita mengesampingkan jiwa ketuhanan kita semua hingga efek alam seperti tidak merestui segala yang kita lakukan. Kurangnya sanitasi air untuk area lahan, sawah, kebun, dan lain-lain. menejmen yang morat-marit, koruptor yang memanfaatkan para tani, dan banyak lagi. Untuk itu mari kita berdoa dan sadar diri atas segala apa yang menjadi kesusahan kita.
Sekian Pidato singkat yang saya sampaikan mengenai Pidato Hari Tani 24 September 2015, simpulan kata saya ucapkan.
Wassalamu'alaikum Warohmatullaahi Wabarokaatuh..
Pengunjung Juga membaca beberapa teladan pidato berikut :