Gapura Wringin Lawang, Candi Peninggalan Kerajaan Majapahit di Mojokerto - Sebagai kerajaan besar, Kerajaan Majapahit tentu meninggalkan beberapa bangunan yang khas. Beberapa peninggalan Kerajaan Majapahit tersebut diantaranya ada yang masih sanggup dinikmati hingga sekarang. Peninggalan Kerajaan Majapahit tersebut bahwasanya beraneka ragam, namun beberapa yang ditemukan kebanyakan berbentuk candi. Candi peninggalan Kerajaan Majapahit yang ditemukan ini sangat penting sebagai salah satu sumber informasi sejarah Kerajaan Majapahit. Meski ada beberapa bab yang sudah tidak utuh lagi, namun candi peninggalan Kerajaan Majapahit cukup banyak menawarkan informasi terkait sejarah mahapahit.
Candi Peninggalan Kerajaan Majapahit |
Nah, untuk bahasan peninggalan kerajaan Majapahit kali ini kita akan membahas Gapura Wringin Lawang. Gapura ini meski mempunyai bentuk semacam candi, namun bahwasanya bukanlah candi, namun Gapura. Namun demikian, Gapura Wringin Lawang sering disebut dengan candi, alasannya memang bentuknya sangat menyerupai dengan candi. Gapura sendiri ialah semacam pintu gerbang masuk pada Istana atau bangunan besar pada masa Kerajaan Majapahit. Perhatikan beberapa klarifikasi di bawah ini untuk mengetahui lebih terang perihal Candi Wringin Lawang.
Struktur dan Fungsi Gapura Wringin Lawang
Gapura Wringin Lawang ini termasuk peninggalan Kerajaan Majapahit pada masa era ke 14. Lokasinya berada di Jatipasar, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur Indonesia. Wringin Lawang ialah bahasa Jawa yang dalam bahasa Indonesia berarti Pintu Beringin. Gapura ini disusun atas kerikil bata merah yang sangat rapi dan tingkat presisinya sangat tinggi. Luas dasar dari Gapura Wringin Lawang ini ialah 13x11 meter dan tingginya 15,5 meter. Pembangunan Gapra Wringin Lawang ini diperkirakan dilakukan pada era ke 14. Gerbang atau gapura ini sering disebut dengan candi alasannya mempunyai gaya menyerupai candi bentar atau model gerbang yang terbelah. Model arsitektur menyerupai ini diperkirakan muncul pada jamaan Majapahit dan yang kini banyak ditemukan dalam arsitektur Bali.
Banyak hebat sejarah setuju bahwa Gapura Wringin Lawang ialah pintu gerbang masuk pada sebuah komppleks bangunan yang penting di Ibu Kota Majapahit. Dugaan yang cukup berpengaruh menyebutkan bahwa Gapura Wringin Lawang ini merupakan gerbang pintu masuk ke kediaman Mahapatih Gajah Mada. Ada lagi yang menyimpulkan bahwa Gapura Wringin Lawang ialah gapura masuk ke Kerajaan Majapahit yang ada di sebelah utara Candi Wringin Lawang. Namun demikian, gapura ini belum sanggup dikatakan sebagai pintu atau gapura utama masuk ke Kerajaan Majapahit, alasannya pintu gerbang Istana Majapahit berpagar besi dan kereta sanggup masuk ke dalamnya.
Fungsi Gapura Wringin Lawang
Ada beberapa penafsiran yang berbeda mengenai fungsi orisinil dari Gapura Wringin Lawang. Setidaknya ada tiga fungsi Gapura Wringin Lawang yang terkenal di kalangan para hebat yaitu :
1. Gapura Wringin Lawang berfungsi sebagai pintu gerbang memasuki kompleks keraton Kerajaan Majapahit
2. Gapura Wringin Lawang berfungsi daerah penyambutan tamu penting Kerajaan Majapahit
3. Gapura Wringin Lawang ialah terusan menuju ke rumah Mahapatih Gajah Mada
Filosofi Yang Terkandung Dalam Gapura Wringin Lawang
Dalam sebuah karya kerajaan masa lalu, tentu semuanya terdapat makna yang dalam secara filosofis. Termasuk untuk Gapura Wringin Lawang yang juga mempunyai makna secara filosofis. Meski kadang kala tafsir makna filosofis tersebut tidak sama dari masing-masing penafsir. Di bawah ini ialah makna secara filosofis yang terkandung di dalam bangunan Gapura Wringin Lawang.
1. Bentuk Wringin Lawang yang berbentuk menyerupai puncak gunung melambangkan gunung Mahameru. Gunung Mahameru ini diyakini sebagai persemayaman para ilahi pada masa itu.
2. Gapura Wringin Lawang terbelah dua. Ini sanggup diartikan sebagai konsep dualisme atau pasangan yang selalu ada di dunia, menyerupai kiri-kanan, atas-bawah, terang-gelap, laki-perempuan, dan masih banyak lagi yang lainnya. Bentuk terbelah ini ada juga yang menafsirkan dengan lambang kesuburan.
3. Gapura Kecil yang menempel. Gapura kecil yang melekat ini sanggup terlihat kalau dilihat dari luar yang letaknya pada bab induk. Gapura kecil ini digambarkan sebagai gerbang yang dimiliki rakyat dan yang lebih besar merupakan miliki dari raja. Ini sanggup diartikan sebagai budi raja lebih besar daripada kekuasaan rakyat, namun rakyat sepenuhnya berada dibawah kontribusi kekuasaan dan budi raja.