Relief Dan Sejarah Candi Sukuh Karanganyar. Candi Sukuh bagi banyak orang terutama masyarakat Indonesia, mungkin tidak terlalu dikenal.
Lain halnya dengan candi Borobudur atau Candi Prambanan yang sangat terkenal. Hal ini mungkin alasannya ialah secara fisik candi sukuh memang tidak terlalu besar dan lokasinya juga sedikit sulit dijangkau.
Selain itu kemungkinan besar juga secara fungsi candi sukuh ini tampaknya hanya tampak mirip candi kecil biasa, berbeda dengan Candi Borobudur yang merupakan salah satu bangunan sentra kebudayaan dan keagamaan.
Candi Sukuh terletak sempurna pada koordinat 07°37,38’ 85’’LS dan 111°07,52’ 65’’BT. Lebih tepatnya secara administratif candi sukuh berada di Dukuh Berjo, Desa Sukuh, Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karang Anyar, Propinsi Jawa Tengah. Candi sukuh juga berada di lereng Gunung Lawu di ketinggian 1.186 Meter diatas permukaan laut. Ini menciptakan tempat candi sukuh berudara sangat sejuk dan asri.
Untuk sanggup menuju candi sukuh, para pengunjung bisa mengaksesnya melalui kota Surakarta dengan jarak kurang lebih 36 kilometer, atau melalui kota Karang Anyar dan berkendara sejauh kurang lebih 20 kilometer.
Seperti Candi Prambanan, Candi Sukuh Karanganyar ialah sebuah candi Hindu. Candi Sukuh berdasarkan beberapa andal dibangun pada sekitar tahun 1437 Masehi atau di era 15 Masehi. Dilihat dari tahun pendiriannya tersebut, beberapa andal menyimpulkan bahwa sejarah Candi Sukuh Karanganyar ini merupakan candi Hindu yang paling tamat dibuat. Yaitu pada masa-masa terakhir jatuhnya kerajaan Majapahit, yang pada waktu itu dikalahkan oleh Kerajaan Islam Demak.
Sejarah Candi Sukuh Karanganyar ini sendiri berawal pada penemuannya sekitar tahun 1815 ketika penjajahan bangsa Inggris. Sir Thomas Stanford Raffles penguasa pada ketika itu bermaksud menulis sebuah buku mengenai sejarah Jawa. Beliau kemudian memerintahkan pejabat Residen Surakarta ketika itu yang berjulukan Johnson untuk membantu mengumpulkan aneka macam data untuk mendukung tulisannya. Disitulah kemudian candi sukuh ini diteliti dan dilakukan aneka macam pendataan.
Penelitian yang kedua berlangsung pada tahun 1842 oleh seorang Belanda yaitu Van Der Vlis. Dan kemudian dilanjutkan dengan penelitian yang ketiga pada sekitar tahun 1864 – 1867 oleh Hoepermans. Dan dilanjutkan dengan inventarisasi oleh seorang Belanda lain berjulukan Knebel. Lalu diakhiri dengan sebuah pemugaran besar-besaran pada tahun 1928.
Saat pertama kali kita melihat Candi Sukuh Karanganyar pasti kebanyakan orang akan sedikit heran dengan bentuknya. Ya memang bentuk bangunan candi ini sangat berbeda dari candi-candi Hindu kebanyakan di Indonesia. Bentuknya yang berupa punden berundak lebih ibarat piramid. Dan juga lebih mirip bangunan candi Suku Maya yang ada di Meksiko atau candi suku Inca dari Peru.
Keanehan bentuk Candi Sukuh Karanganyar ini telah memancing keingintahuan banyak arkeolog. Bebereapa arkeolog melaksanakan penelitian mengenai bentuk dan sejarah candi sukuh karanganyar yang unik ini, salah satu arkeolog yng meneliti ialah W.F.Stutterheim, seorang arkeolog Belanda. Penelitiannya pada tahun 1930 menghasilkan beberapa kesimpulan yaitu:
1. Candi Sukuh Karanganyar kemungkinan besar dibentuk dan dipahat oleh tukang kayu biasa dari desa sekitar candi, bukan oleh seorang tukang watu yang profesional dari istana. Dari segi ketrampilan, kemungkinan besar para pemahat kayu ini tidak mempunyai kemampuan yang cukup baik untuk memahat dan menciptakan aneka macam bentuk dan relief dari materi batu.
2. Candi Sukuh Karanganyar dibuat dengan agak tergesa-gesa atau sembarangan. Hal ini kemungkinan besar dipengaruhi oleh kondisi kerajaan Majapahit masa itu yang sedang diserang oleh kerajaan Islam Demak. Ini menciptakan pengerjaan candi tidak maksimal.
3. Runtuhnya Kerajaan Majapahit Hindu beserta segala kebudayaannya yang mulai luntur masa itu, menjadikannya mustahil bagi Kerajaan Majapahit menciptakan sebuah candi yang berukuran besar dan megah. Selain itu menciptakan runtuhnya budaya Majapahit Hindu menciptakan budaya prasejarah zaman Megalitik Jawa kuno mulai muncul lagi, sehingga mempengaruhi arsitektur dalam sejarah Candi Sukuh Karanganyar.
Bagaimanapun bentuk arsitektur candi sukuh, namun candi ini tetap merupakan sebuah candi Hindu. Hal ini sanggup dilihat dari adanya beberapa bentuk Lingga dan Yoni di area candi. Lingga dan Yoni merupakan salah satu simbol yang merupakan ciri khas kebudayaan Hindu.
Candi Sukuh Karanganyar sukuh dibentuk dari watu andesit dengan bentuk bangunan yang cukup bagus. Memasuki areal candi, para pengunjung akan disambut oleh sebuah gapura utama yang tidak mengecewakan besar. Pada lantai gabura terdapat relief yang menggambarkan alat kelamin laki-laki dan wanita. Di sinilah sisi erotis yang pertama. Namun tolong-menolong dibalik erotisnya tersebut, ada makna yang dalam terkandung di baliknya.
Alat kelamin laki-laki dan perempuan sering dikaitkan dengan Lingga dan Yoni yang merupakan simbol kesuburan. Dan dengan melewati atau melangkahi relief ini maka kita dianggap telah disucikan, atau dileburkan segala kekotoran dalam diri kita sebelum memasuki area candi yang suci.
Di gapura ini terdapat relief tengan goresan pena Bahasa Jawa Kuno yang berbunyi “Gapura Buta Abara Wong” atau dalam Bahasa Indonesia berarti “ Gapura Raksasa Memangsa Manusia”. Tulisan ini ialah sebuah goresan pena candrasangkala atau yang mempunyai makna angka tahun 9531 atau 1359 Tahun Saka dalam Bahasa Indonesia, atau tahun 1437 Masehi.
Teras kedua Candi Sukuh Karanganyar diawali dengan sebuah gapura yang keadaannya sudah rusak berat. Disitu juga terdapat goresan pena candrasengkala berbunyi “Gajah Wiku Anahut Buntut” atau Gajah Pendeta Menggigit Ekor” yang berarti tahun 1378 Saka atau tahun 1456 Masehi. Angka tahun ini agak mengherankan alasannya ialah terpaut hampir 20 tahun dengan gapura di teras pertama.
Di teras ketiga atau teras utama terdapat bangunan utama Candi Sukuh Karanganyar. Di sini terdapat sebuah pelataran yang cukup luas dihiasi dengan beberapa patung di kanan kiri teras. Di tengah teras terdapat candi utama menghadap ke barat yang berbentuk punden berundak dengan sebuah lorong kecil berundak di bab tengahnya.
Di sebelah kanan Candi Sukuh Karanganyar terdapat arca Garuda dengan arca 3 ekor kura-kura dengan punggung rata mirip meja yang diyakini merupakan tempat meletakkan sesaji. Selain itu juga terdapat relief dongeng Tirta Amerta artinya Air Kehidupan yang diambil dari Kitab Adiparwa yang ialah kitab pertama dalam Kitab Mahabharata.
Di sebelah kanan Candi Sukuh Karanganyar dihiasi dengan relief dari dongeng Kidung Sudhamala yaitu salah satu anggota Pandawa Lima yang berjulukan Sadewa.
Di bab puncak Candi Sukuh Karanganyar terdapat semacam bentuk persegi mirip meja. Dilihat dari bentuknya, kemungkinan besar ini ialah tempat untuk meletakkan sesaji dan hingga ketika inipun masih sering kita temukan bekas sesaji, mirip kemenyan dan dupa.
Keerotisan candi sukuh ini akan bisa kita lihat dari banyaknya relief maupun arca dengan bentuk Lingga-Yoni yang merupakan simbol alat kelamin manusia. Bahkan ada pula patung yang menggambarkan seorang lelaki yang sedang melaksanakan onani. Ada juga bagian Candi Sukuh Karanganyar yang ibarat alat kelamin wanita. Mitos yang beredar hingga ketika ini mengenai Candi Sukuh Karanganyar ialah pada zaman dahulu arca tersebut dibentuk untuk mengetes keperawanan seorang wanita.
Dipercaya apabila seorang perempuan bisa melompati celah pada watu itu dan mengeluarkan darah pada kemaluannya maka perempuan tersebut masih perawan. Namun jikalau seorang perempuan yang tidak lagi perawan, maka ketika melompati celah itu kain yang dipakainya akan robek dan terlepas.
Sisi erotis Candi Sukuh Karanganyar yang lain bisa kita lihat di pelataran depan sebelah kiri candi. Di sini ada sebuah menara dari watu dengan relief sosok-sosok yang tanpa mengenakan busana. Ada pula sebuah relief ibarat tapal kuda besar dengan sosok insan di dalamnya, yang menggambarkan rahim seorang wanita.
Sebenarnya semua bentuk keerotisan yang ada di aneka macam arca dan relief di candi ini tidaklah 100% bermakna negatif. Semuanya ialah simbol. Lingga dan Yoni yang ada di Candi Sukuh Karanganyar sebenarnya melambangkan Dewa Siwa dan Istrinya dewi Parwati sebagai simbol kesuburan.
Itulah sedikit sejarah Candi Sukuh Karanganyar, agar bermanfaat.
**Candi Muara Takus
Lain halnya dengan candi Borobudur atau Candi Prambanan yang sangat terkenal. Hal ini mungkin alasannya ialah secara fisik candi sukuh memang tidak terlalu besar dan lokasinya juga sedikit sulit dijangkau.
Selain itu kemungkinan besar juga secara fungsi candi sukuh ini tampaknya hanya tampak mirip candi kecil biasa, berbeda dengan Candi Borobudur yang merupakan salah satu bangunan sentra kebudayaan dan keagamaan.
Sejarah Candi Sukuh Karanganyar - Lokasi
Candi Sukuh terletak sempurna pada koordinat 07°37,38’ 85’’LS dan 111°07,52’ 65’’BT. Lebih tepatnya secara administratif candi sukuh berada di Dukuh Berjo, Desa Sukuh, Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karang Anyar, Propinsi Jawa Tengah. Candi sukuh juga berada di lereng Gunung Lawu di ketinggian 1.186 Meter diatas permukaan laut. Ini menciptakan tempat candi sukuh berudara sangat sejuk dan asri.
Untuk sanggup menuju candi sukuh, para pengunjung bisa mengaksesnya melalui kota Surakarta dengan jarak kurang lebih 36 kilometer, atau melalui kota Karang Anyar dan berkendara sejauh kurang lebih 20 kilometer.
Sejarah Candi Sukuh Karanganyar - Pertama Kali Ditemukan
Seperti Candi Prambanan, Candi Sukuh Karanganyar ialah sebuah candi Hindu. Candi Sukuh berdasarkan beberapa andal dibangun pada sekitar tahun 1437 Masehi atau di era 15 Masehi. Dilihat dari tahun pendiriannya tersebut, beberapa andal menyimpulkan bahwa sejarah Candi Sukuh Karanganyar ini merupakan candi Hindu yang paling tamat dibuat. Yaitu pada masa-masa terakhir jatuhnya kerajaan Majapahit, yang pada waktu itu dikalahkan oleh Kerajaan Islam Demak.
Sejarah Candi Sukuh Karanganyar ini sendiri berawal pada penemuannya sekitar tahun 1815 ketika penjajahan bangsa Inggris. Sir Thomas Stanford Raffles penguasa pada ketika itu bermaksud menulis sebuah buku mengenai sejarah Jawa. Beliau kemudian memerintahkan pejabat Residen Surakarta ketika itu yang berjulukan Johnson untuk membantu mengumpulkan aneka macam data untuk mendukung tulisannya. Disitulah kemudian candi sukuh ini diteliti dan dilakukan aneka macam pendataan.
Penelitian yang kedua berlangsung pada tahun 1842 oleh seorang Belanda yaitu Van Der Vlis. Dan kemudian dilanjutkan dengan penelitian yang ketiga pada sekitar tahun 1864 – 1867 oleh Hoepermans. Dan dilanjutkan dengan inventarisasi oleh seorang Belanda lain berjulukan Knebel. Lalu diakhiri dengan sebuah pemugaran besar-besaran pada tahun 1928.
Sejarah Candi Sukuh Karanganyar Dan Bentuknya Yang “Nyleneh”
Saat pertama kali kita melihat Candi Sukuh Karanganyar pasti kebanyakan orang akan sedikit heran dengan bentuknya. Ya memang bentuk bangunan candi ini sangat berbeda dari candi-candi Hindu kebanyakan di Indonesia. Bentuknya yang berupa punden berundak lebih ibarat piramid. Dan juga lebih mirip bangunan candi Suku Maya yang ada di Meksiko atau candi suku Inca dari Peru.
Keanehan bentuk Candi Sukuh Karanganyar ini telah memancing keingintahuan banyak arkeolog. Bebereapa arkeolog melaksanakan penelitian mengenai bentuk dan sejarah candi sukuh karanganyar yang unik ini, salah satu arkeolog yng meneliti ialah W.F.Stutterheim, seorang arkeolog Belanda. Penelitiannya pada tahun 1930 menghasilkan beberapa kesimpulan yaitu:
1. Candi Sukuh Karanganyar kemungkinan besar dibentuk dan dipahat oleh tukang kayu biasa dari desa sekitar candi, bukan oleh seorang tukang watu yang profesional dari istana. Dari segi ketrampilan, kemungkinan besar para pemahat kayu ini tidak mempunyai kemampuan yang cukup baik untuk memahat dan menciptakan aneka macam bentuk dan relief dari materi batu.
2. Candi Sukuh Karanganyar dibuat dengan agak tergesa-gesa atau sembarangan. Hal ini kemungkinan besar dipengaruhi oleh kondisi kerajaan Majapahit masa itu yang sedang diserang oleh kerajaan Islam Demak. Ini menciptakan pengerjaan candi tidak maksimal.
3. Runtuhnya Kerajaan Majapahit Hindu beserta segala kebudayaannya yang mulai luntur masa itu, menjadikannya mustahil bagi Kerajaan Majapahit menciptakan sebuah candi yang berukuran besar dan megah. Selain itu menciptakan runtuhnya budaya Majapahit Hindu menciptakan budaya prasejarah zaman Megalitik Jawa kuno mulai muncul lagi, sehingga mempengaruhi arsitektur dalam sejarah Candi Sukuh Karanganyar.
Sejarah Candi Sukuh Karanganyar Dan Erotisme Arsitekturnya
Relief Dan Sejarah Candi Sukuh Karanganyar - Salah Satu Relief |
Bagaimanapun bentuk arsitektur candi sukuh, namun candi ini tetap merupakan sebuah candi Hindu. Hal ini sanggup dilihat dari adanya beberapa bentuk Lingga dan Yoni di area candi. Lingga dan Yoni merupakan salah satu simbol yang merupakan ciri khas kebudayaan Hindu.
- Sejarah Candi Sukuh Karanganyar - Teras Pertama.
Candi Sukuh Karanganyar sukuh dibentuk dari watu andesit dengan bentuk bangunan yang cukup bagus. Memasuki areal candi, para pengunjung akan disambut oleh sebuah gapura utama yang tidak mengecewakan besar. Pada lantai gabura terdapat relief yang menggambarkan alat kelamin laki-laki dan wanita. Di sinilah sisi erotis yang pertama. Namun tolong-menolong dibalik erotisnya tersebut, ada makna yang dalam terkandung di baliknya.Alat kelamin laki-laki dan perempuan sering dikaitkan dengan Lingga dan Yoni yang merupakan simbol kesuburan. Dan dengan melewati atau melangkahi relief ini maka kita dianggap telah disucikan, atau dileburkan segala kekotoran dalam diri kita sebelum memasuki area candi yang suci.
Di gapura ini terdapat relief tengan goresan pena Bahasa Jawa Kuno yang berbunyi “Gapura Buta Abara Wong” atau dalam Bahasa Indonesia berarti “ Gapura Raksasa Memangsa Manusia”. Tulisan ini ialah sebuah goresan pena candrasangkala atau yang mempunyai makna angka tahun 9531 atau 1359 Tahun Saka dalam Bahasa Indonesia, atau tahun 1437 Masehi.
- Sejarah Candi Sukuh Karanganyar - Teras Kedua
Teras kedua Candi Sukuh Karanganyar diawali dengan sebuah gapura yang keadaannya sudah rusak berat. Disitu juga terdapat goresan pena candrasengkala berbunyi “Gajah Wiku Anahut Buntut” atau Gajah Pendeta Menggigit Ekor” yang berarti tahun 1378 Saka atau tahun 1456 Masehi. Angka tahun ini agak mengherankan alasannya ialah terpaut hampir 20 tahun dengan gapura di teras pertama.Relief Dan Sejarah Candi Sukuh Karanganyar - Gapura |
- Sejarah Candi Sukuh Karanganyar - Teras Ketiga
Di teras ketiga atau teras utama terdapat bangunan utama Candi Sukuh Karanganyar. Di sini terdapat sebuah pelataran yang cukup luas dihiasi dengan beberapa patung di kanan kiri teras. Di tengah teras terdapat candi utama menghadap ke barat yang berbentuk punden berundak dengan sebuah lorong kecil berundak di bab tengahnya.Di sebelah kanan Candi Sukuh Karanganyar terdapat arca Garuda dengan arca 3 ekor kura-kura dengan punggung rata mirip meja yang diyakini merupakan tempat meletakkan sesaji. Selain itu juga terdapat relief dongeng Tirta Amerta artinya Air Kehidupan yang diambil dari Kitab Adiparwa yang ialah kitab pertama dalam Kitab Mahabharata.
Di sebelah kanan Candi Sukuh Karanganyar dihiasi dengan relief dari dongeng Kidung Sudhamala yaitu salah satu anggota Pandawa Lima yang berjulukan Sadewa.
Di bab puncak Candi Sukuh Karanganyar terdapat semacam bentuk persegi mirip meja. Dilihat dari bentuknya, kemungkinan besar ini ialah tempat untuk meletakkan sesaji dan hingga ketika inipun masih sering kita temukan bekas sesaji, mirip kemenyan dan dupa.
Sejarah Candi Sukuh Karanganyar - Cerita Mitos Erotis Di Candi Sukuh
Salah Satu Patung Erotis |
Dipercaya apabila seorang perempuan bisa melompati celah pada watu itu dan mengeluarkan darah pada kemaluannya maka perempuan tersebut masih perawan. Namun jikalau seorang perempuan yang tidak lagi perawan, maka ketika melompati celah itu kain yang dipakainya akan robek dan terlepas.
Sisi erotis Candi Sukuh Karanganyar yang lain bisa kita lihat di pelataran depan sebelah kiri candi. Di sini ada sebuah menara dari watu dengan relief sosok-sosok yang tanpa mengenakan busana. Ada pula sebuah relief ibarat tapal kuda besar dengan sosok insan di dalamnya, yang menggambarkan rahim seorang wanita.
Sebenarnya semua bentuk keerotisan yang ada di aneka macam arca dan relief di candi ini tidaklah 100% bermakna negatif. Semuanya ialah simbol. Lingga dan Yoni yang ada di Candi Sukuh Karanganyar sebenarnya melambangkan Dewa Siwa dan Istrinya dewi Parwati sebagai simbol kesuburan.
Itulah sedikit sejarah Candi Sukuh Karanganyar, agar bermanfaat.
**Candi Muara Takus