Sejarah Candi Penataran mungkin tidak banyak orang yang tahu, Candi Penataran Blitar ialah sebuah komplek percandian berlatar belakang Agama Hindu.
Sesuai dengan nama sebutannya, komplek candi ini berada di desa Penataran di Kecamatan Nglegok, Kabupaten Blitar, Propinsi Jawa Timur. Namun walaupun banyak orang menyebut komplek sandi ini dengan sebutan Candi Penataran atau Candi Panataran, namun berdasarkan beberapa jago sesungguhnya candi ini mempunyai nama asli Candi Palah.
Selain candi-candi di Jawa Timur menyerupai Candi Tikus, dan beberapa candi kecil lainnya, Candi Penataran Blitar yang merupakan candi terbesar di wilayah Jawa Timur ini lokasinya ada di kaki Gunung Kelud tepatnya di sisi sebelah barat daya, yang menciptakan komplek percandian ini berudara sangat sejuk dan segar.
Bagi para pengunjung, lebih tepatnya komplek candi ini mempunyai koordinat GPS yaitu 8° 00’ 59.06″ S 112° 12’ 34.90″ E.
Sejarah Candi Penataran Blitar pertamakali ditemukan oleh Sir Thomas Stamford Raffles pada tahun 1815. Namun hingga dengan sekitar tahun 1850, komplek candi ini belum banyak dikenal oleh masyarakat luas.
Pada Prasasti Palah yang ditemukan di bab candi, candi ini disebut sebagai Candi Palah yang dibangun pada tahun 1194 Masehi pada masa pemerintahan raja Syrengga yang mempunyai gelar Sri Maharaja Sri Sarweqwara Triwikramawataranindita Çrengalancana Digwijayottungadewa. Disebutkan pula pada waktu itu dia memerintah Kerajaan Kadiri 1190 M - 1200 M.
Pembangunan komplek Candi Penataran Blitar ini disebutkan sebagai sarana keagamaan dan terutama pemujaan untuk tujuan menghindarkan kerajaan dari peristiwa alam letusan Gunung Kelud yang pada ketika itu sering terjadi.
Melihat kemegahan dan besarnya komplek Candi Penataran maka tidak salah jikalau ternyata memang Candi Penataran Blitar ini mempunyai peranan yang penting bagi dalam sejarah beberapa kerajaan di Indonesia. Peranan penting ini terlihat dari bebrapa raja pernah berada di candi Penataran ini.
Mpu Prapanca dalam sebuah kitab yang ditulisnya yaitu Negarakretagama pernah menyebutkan bahwa Raja Majapahit yang memerintah disekitar tahun 1350 M - 1389 M yaitu Raja Hayam Wuruk pernah mengunjungi Candi Palah. Beliau mengunjungi candi yang berada di kaki Gunung Kelud ini untuk melaksanakan pemujaan terhadap Hyang Acalapat yang merupakan perwujudan dari Dewa Syiwa sebagai penguasa gunung.
Penguasa Gunung dalam kitab tersebut disebutkan juga sebagai Girindra atau Giri Indra yang ternyata mempunyai kesamaan dengan gelar yang dimiliki oleh Ken Arok yaitu Girindra atau disebut juga Girinatha. Dari beberapa fakta tersebut para jago menyimpulkan bahwa ada kemungkinan bahwa sesungguhnya Candi Palah merupakan tempat perabuan Raja Ken Arok.
Sepanjang pembangunannya komplek candi ini terus mendapat perhatian dari raja-raja yang memerintah di kawasan itu dari waktu ke waktu. Mulai dari pembangunan awalnya pada masa Raja Syrengga tahun 1194 M, dilanjutkan dengan pembangunan pada tahun 1208 oleh raja Kertanegara. Dilanjutkan oleh Raja Jayanegara, Raja Tribuanatunggadewi, raja Hayam Wuruk, dan kesudahannya diresmikan pada tahun 1415 Masehi oleh Raja Majapahit ketika itu yaitu Wikramawardhana.
Arca Dwarapala berupa raksasa memegang gada berjumlah 2 buah menyambut kita pada ketika memasuki areal komplek Candi Penataran Blitar. Arca tersebut mempunyai angka tahun 1320 Masehi yang tertera pada arca.
Bale Agung merupakan bangunan terdepan yang sanggup kita temui begitu kita melewati pintu masuk pelataran Candi Penataran Blitar. Bangunan Bale Agung ialah sebuah bangunan berukuran 37 m x 18,84 m dengan tingginya 1,44 meter. Bentuk bangunan ini kemungkinan besar dahulunya ialah semacam pendopo dengan tiang kayu dan atap sirap. Bangunan ini merupakan sebuah pelataran, yang berdasarkan beberapa jago pada zaman dahulu Bale Agung seringkali digunakan sebagai tempat untuk berkumpul atau bermusyawarah diantara para tetua.
Candi induk merupakan sebuah bangunan candi dengan ketinggia sekitar 7,19 meter yang terdiri dari 3 teras. Di setiap sisi candi terdapat tangga dengan patung Mahakala berangka tahun 1347. Pada dinding candi utama ini terdapat pahatan relief dari dongeng Ramayana.
Di sisi barat daya candi terlihat 2 buah sisa bangunan. Yang pertama ialah sebuah candi kecil yang disebut dengan bathara Kecil. Menurut para ahli, bangunan inilah yang merupakan bangunan candi yang dibentuk bersamaan dengan bangunan Prasasti Palah. Satu lagi runtuhan bangunan kecil lainnya ialah sebuah pondasi dari watu bata. Selain itu di akrab fatwa sungai di sebelah belakang bangunan candi, terdapat pula sebuah bak yang mempunyai angka tahun 1415 Masehi.
Disini dijelaskan bahwa fungsi bangunan ini ialah untuk menyembah Bathara Palah. Seperti tertulis pada prasasti yaitu “sdangnira Çri Maharaja sanityangkên pratidina i sira paduka bhatara palah” yang mempunyai arti “Ketika dia Sri Maharaja senantiyasa setiap hari berada di tempat bathara Palah”.
Selain fungsi utamanya sebagai tempat pemujaan dan tempat berlangsungnya banyak sekali upacara keagamaan, Candi Penataran Blitar juga mempunyai dongeng lain. Berbagai insiden penting telah dilalui selama dibangunnya komplek Candi Penataran Blitar yang secara keseluruhan dibangun selama sekitar 250 tahun mencakup 3 masa kerajaan besar yaitu Kerajaan Kediri, Kerajaan Singasari, hingga pada Kerajaan Majapahit.
Candi Penataran juga berdasarkan para jago merupakan tempat perabuah dari Raja Rajasa atau yg lebih dikenal sebagai Ken Arok, yang merupakan pendiri dari Kerajaan Singasari. Dan juga tempat perabuah dari Raja Kertarajasa Jayawardhana atau disebut juga dengan Raden Wijaya, yang juga pendiri dari Kerajaan Majapahit.
Selain itu pula beberapa insiden penting diyakini telah berlangsung pula di sini. Diantaranya ialah tempat berlangsungnya upacara-upacara pengangkatan para raja. Dan satu lagi sejarah Candi Penataran Blitar berdasarkan dongeng dari lisan ke mulut, di tempat inilah Mahapatih Gajah Mada mengucapkan Sumpah Palapa untuk menyatukan Nusantara.
Namun lepas dari segala sejarah dan dongeng legenda yang terbalut di sini, komplek Candi Penataran Blitar ini juga merupakan sebuah tempat wisata yang sangat indah dan selalu menarik untuk dikunjungi.
**Candi Sukuh Karanganyar
Sesuai dengan nama sebutannya, komplek candi ini berada di desa Penataran di Kecamatan Nglegok, Kabupaten Blitar, Propinsi Jawa Timur. Namun walaupun banyak orang menyebut komplek sandi ini dengan sebutan Candi Penataran atau Candi Panataran, namun berdasarkan beberapa jago sesungguhnya candi ini mempunyai nama asli Candi Palah.
Selain candi-candi di Jawa Timur menyerupai Candi Tikus, dan beberapa candi kecil lainnya, Candi Penataran Blitar yang merupakan candi terbesar di wilayah Jawa Timur ini lokasinya ada di kaki Gunung Kelud tepatnya di sisi sebelah barat daya, yang menciptakan komplek percandian ini berudara sangat sejuk dan segar.
Bagi para pengunjung, lebih tepatnya komplek candi ini mempunyai koordinat GPS yaitu 8° 00’ 59.06″ S 112° 12’ 34.90″ E.
Sejarah Candi Penataran Blitar
Sejarah Candi Penataran Blitar pertamakali ditemukan oleh Sir Thomas Stamford Raffles pada tahun 1815. Namun hingga dengan sekitar tahun 1850, komplek candi ini belum banyak dikenal oleh masyarakat luas.
Pada Prasasti Palah yang ditemukan di bab candi, candi ini disebut sebagai Candi Palah yang dibangun pada tahun 1194 Masehi pada masa pemerintahan raja Syrengga yang mempunyai gelar Sri Maharaja Sri Sarweqwara Triwikramawataranindita Çrengalancana Digwijayottungadewa. Disebutkan pula pada waktu itu dia memerintah Kerajaan Kadiri 1190 M - 1200 M.
Pembangunan komplek Candi Penataran Blitar ini disebutkan sebagai sarana keagamaan dan terutama pemujaan untuk tujuan menghindarkan kerajaan dari peristiwa alam letusan Gunung Kelud yang pada ketika itu sering terjadi.
Latar Belakang Sejarah Candi Penataran Blitar
Melihat kemegahan dan besarnya komplek Candi Penataran maka tidak salah jikalau ternyata memang Candi Penataran Blitar ini mempunyai peranan yang penting bagi dalam sejarah beberapa kerajaan di Indonesia. Peranan penting ini terlihat dari bebrapa raja pernah berada di candi Penataran ini.
Mpu Prapanca dalam sebuah kitab yang ditulisnya yaitu Negarakretagama pernah menyebutkan bahwa Raja Majapahit yang memerintah disekitar tahun 1350 M - 1389 M yaitu Raja Hayam Wuruk pernah mengunjungi Candi Palah. Beliau mengunjungi candi yang berada di kaki Gunung Kelud ini untuk melaksanakan pemujaan terhadap Hyang Acalapat yang merupakan perwujudan dari Dewa Syiwa sebagai penguasa gunung.
Penguasa Gunung dalam kitab tersebut disebutkan juga sebagai Girindra atau Giri Indra yang ternyata mempunyai kesamaan dengan gelar yang dimiliki oleh Ken Arok yaitu Girindra atau disebut juga Girinatha. Dari beberapa fakta tersebut para jago menyimpulkan bahwa ada kemungkinan bahwa sesungguhnya Candi Palah merupakan tempat perabuan Raja Ken Arok.
Sepanjang pembangunannya komplek candi ini terus mendapat perhatian dari raja-raja yang memerintah di kawasan itu dari waktu ke waktu. Mulai dari pembangunan awalnya pada masa Raja Syrengga tahun 1194 M, dilanjutkan dengan pembangunan pada tahun 1208 oleh raja Kertanegara. Dilanjutkan oleh Raja Jayanegara, Raja Tribuanatunggadewi, raja Hayam Wuruk, dan kesudahannya diresmikan pada tahun 1415 Masehi oleh Raja Majapahit ketika itu yaitu Wikramawardhana.
Relief Dan Sejarah Candi Penataran Blitar - Candi Utama |
Sejarah Candi Penataran Blitar - Komplek, Relief, Arsitektur
A. Halaman Depan Candi Penataran Blitar
Arca Dwarapala berupa raksasa memegang gada berjumlah 2 buah menyambut kita pada ketika memasuki areal komplek Candi Penataran Blitar. Arca tersebut mempunyai angka tahun 1320 Masehi yang tertera pada arca.
- Candi Penataran Blitar - Bale Agung
Candi Penataran - Candi Angka Tahun |
- Candi Penataran Blitar - Pendopo Teras
- Candi Penataran Blitar - Candi Angka Tahun
B. Halaman Tengah Candi Penataran Blitar
Memasuki halaman tengah Candi Penataran Blitar kita disambut lagi oleh 2 buah arca Dwarapala yang lebih kecil. Pada kedua arca ini tertera angka yang lebih muda dari arca Dwarapala di pintu masuk tahun 1319 Masehi.- Candi Penataran Blitar - Candi Naga. Candi Naga terdapat di baguan tengah halaman Candi Penataran Blitar. Candi yang hanya tersisa pada bab kaki dan badannya ini mempunyai ukuran 4,83 meter x 6,57 meter dengan tinggi 4,70 meter. Tubuh candi dililit oleh ular naga dan disokong oleh 9 orang berbusana menyerupai raja di sisi-sisinya.
- Candi Penataran Blitar - Pondasi Bata. Sebuah pondasi dari materi watu bata akan kita jumpai di halaman tengah Candi Penataran Blitar, tepatnya di sebelah timur candi.
C. Halaman Belakang Candi Penataran Blitar
Halaman belakang candi inilah diperkirakan merupakan bab dari komplek percandian yang paling sakral. Di sini terdapat 9 buah bangunan dari watu dan bata yang hanya tinggal sisa-sisanya saja dan tidak beraturan. Dua buah bangunan yang sanggup dikenali ialah Candi Induk dan Prasasti Palah.- Candi Penataran Blitar - Candi Induk
Candi induk merupakan sebuah bangunan candi dengan ketinggia sekitar 7,19 meter yang terdiri dari 3 teras. Di setiap sisi candi terdapat tangga dengan patung Mahakala berangka tahun 1347. Pada dinding candi utama ini terdapat pahatan relief dari dongeng Ramayana.
Di sisi barat daya candi terlihat 2 buah sisa bangunan. Yang pertama ialah sebuah candi kecil yang disebut dengan bathara Kecil. Menurut para ahli, bangunan inilah yang merupakan bangunan candi yang dibentuk bersamaan dengan bangunan Prasasti Palah. Satu lagi runtuhan bangunan kecil lainnya ialah sebuah pondasi dari watu bata. Selain itu di akrab fatwa sungai di sebelah belakang bangunan candi, terdapat pula sebuah bak yang mempunyai angka tahun 1415 Masehi.
- Candi Penataran Blitar - Prasasi Palah
Disini dijelaskan bahwa fungsi bangunan ini ialah untuk menyembah Bathara Palah. Seperti tertulis pada prasasti yaitu “sdangnira Çri Maharaja sanityangkên pratidina i sira paduka bhatara palah” yang mempunyai arti “Ketika dia Sri Maharaja senantiyasa setiap hari berada di tempat bathara Palah”.
Sejarah Candi Penataran Blitar - Peranan Penting
Selain fungsi utamanya sebagai tempat pemujaan dan tempat berlangsungnya banyak sekali upacara keagamaan, Candi Penataran Blitar juga mempunyai dongeng lain. Berbagai insiden penting telah dilalui selama dibangunnya komplek Candi Penataran Blitar yang secara keseluruhan dibangun selama sekitar 250 tahun mencakup 3 masa kerajaan besar yaitu Kerajaan Kediri, Kerajaan Singasari, hingga pada Kerajaan Majapahit.
Candi Penataran juga berdasarkan para jago merupakan tempat perabuah dari Raja Rajasa atau yg lebih dikenal sebagai Ken Arok, yang merupakan pendiri dari Kerajaan Singasari. Dan juga tempat perabuah dari Raja Kertarajasa Jayawardhana atau disebut juga dengan Raden Wijaya, yang juga pendiri dari Kerajaan Majapahit.
Selain itu pula beberapa insiden penting diyakini telah berlangsung pula di sini. Diantaranya ialah tempat berlangsungnya upacara-upacara pengangkatan para raja. Dan satu lagi sejarah Candi Penataran Blitar berdasarkan dongeng dari lisan ke mulut, di tempat inilah Mahapatih Gajah Mada mengucapkan Sumpah Palapa untuk menyatukan Nusantara.
Namun lepas dari segala sejarah dan dongeng legenda yang terbalut di sini, komplek Candi Penataran Blitar ini juga merupakan sebuah tempat wisata yang sangat indah dan selalu menarik untuk dikunjungi.
**Candi Sukuh Karanganyar