Sastra ditangan seorang Sufi
Cinta merupakan duduk kasus yang tak sanggup dilepaskan oleh manusia, apapun latar belakangnya semenjak lahir hingga maut menjemputnya. Satu sisi membangun peradaban dibumi sisilain sanggup menghancurkan insan muka bumi ini, potensi yang ada dalam cinta menarik para pemikir-pemikir begitu pula para pemikir muslim, dari bernagai latar belakang dan intelektual yang berbeda dalam meamaknainya.
Dari sudut pandang sufi yang dicatatat oleh Musthafa Hilmi, cinta itu yakni Kecintaan Alloh Kepada Makhluknya dan Kecintaan Makhluknya kepada Alloh ibarat yang terdapat hadist Qudsi yang terkenal dikalangan Sufi yang Artinya
" Aku yakni sebuah gudang antara harta tersembunyi. Aku bahagia jikalau saya dikenal, Kemudian Aku-pun membuat makhluk, maka dengan-Ku mereka mengenal Aku".
Ilaahi, Manusiawi, dan Metafiskosmik, yang mencampuri dan mengaitkan antara keduanya bukan pada duduk kasus makhluk, sebagai konsekwensi logis cinta Ilahi dalam proses penciptaan alam tersebut, kiprah insan dalam hidupnya yakni mengejewantahkan cinta Ilahi dalam kehidupannya, harmoni kehidupan sanggup dijamin hingga pada syurga.
Secara pengertian konsep cinta kepada Ilahi sangat diwajibkan tetapi terkadang insan lalai akan hal itu hingga menjadikan merosotnya paradigma dan perkembangan moral dan peradaban dimuka bumi ini, ibarat penindasan insan diatas manusia, beberapa pelanggaran dan fitnah-fitnah dunia itu sendiri yang sering dilakukan oleh kebejatan insan dimuka bumi ini, aneka macam kasus kasus yang bermunculan dan semua lalai pada pencintaan ibarat dalam perbedaan suku, kulit, rasa, budaya dan sebagainya, semua terjadi alasannya tidak didasari cinta Illahi yang mana akan membawa kita dalam kearifan dan kesenjangan dalam melakukannya.
Syair-syair Sufi yang banyak dibentuk oleh karya-karya dengan kecintaannya kepada Ilahi sekarang terendam dan hangus ditelan rasa kecintaan pada fitnah dunia itu seperti Kumpulan Syair Wali Tanah Jawa | Puji-pujian Bahasa Jawa dimasanya yang dijadikan sebagai jalan dakwah, hannya siratan dan ukiran yang tak mengandung makna, jangankan syair, puisi, sajak sastra dan sebaginya, Al-Qur'anpun hanya sekedar simbolis saja, dalam Aal-Qur'an aneka macam Ayat-ayat kecintaan dari Sang Pencipta kepada makhluknya begitu pula makhluk harus berusaha dengan mempertebal keimanan untuk kecintaanya keapa tuhannya, apapun siapapun dan dimanapun semua cinta garis besarnya yakni kepada Alloh. merekalah pembawa kebijakan.